Langsung ke konten utama

Jenis-jenis makna Mirnawati (1955042027)

Nama : Mirnawati
Nim.    :1955042027





1).  Jelaskan jenis-jenis makna (makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual), (makna referensial dan non- referensial), (makna denotatif dan konotatif), (makna konseptual dan asosiatif), ( makna kata dan makna istilah), (makna idiom dan makna peribahasa), dan berikan masing-masing 2 contoh kalimat dalam bahasa Makassar!
Makna leksikal adalah makna yang bersifat tetap dan tidak terikat dengan kata lainnya (berdiri sendiri) atau makna yang dimiliki atau ada pada kata meski tanpa konteks apa pun.
Contoh:
Saya membeli jilbab dipasar
Inakke ammallia bongong ri pasaraka.
(jilbab : sebuah kain yang digunakan untuk menutup kepala
Ibu saya membeli cumi dipasar.
Ammalli ammaku cumi-cumi ripasaraka.
(cumi; seekor hewan laut yang memiliki tentakel dan tinta dalam tubuhnya).
Makna gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya.
Contoh:
Adekku makan-makan kemarin di sekolah
Angnganre-nganrei andikku risubangngi risikolaya
(Kata makan-makan dapat diartikan memasukkan makanan kedalam mulut)
.inakke angnganrea biralle ri bangngia
Saya makan jagung tadi malam
(makan adalah kegiatan memasukkan sesuatu kedalam mulut)
Makna kontekstual adalah makna dari sebuah kata yang penggunaannya tergantung konteks kalimat tertentu atau makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.
Contoh:
Kaki ibu terluka karena tidak sengaja menginjak pecahan gelas.
Akbokkaki bangkenna ammaku ka ngonjoki reppe botolo
  2) Ayah memotong kaki meja di ruang kerjanya karena terlalu tinggi
Ammolongi manggeku bangkeng mejang ri kamarak panjamanna nasabak tinggi.
(Kedua kalimat di atas menggunakan satu kata yang sama yaitu kata “kaki”. Tetapi, berdasarkan konteks dari masing-masing kalimat, kata “kaki” akan memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (1), kata “kaki” bermakna alat gerak sedangkan pada kalimat (2), kata “kaki” bermakna bagian bawah dari sebuah benda).
Makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau memiliki referen (acuan).
Contoh:
Puput menggantung helemnya di kaca spion motor.
Puput na gentungi helenna ri kaca spiong motorka.
Dia menyimpan buku dalam sadel motor.
Ammoliki bokbo dila ilalang ri sadel motorka.
(Pada kalimat di atas kata yang bermakna referensial yaitu pada kalimat (1), pada kata “gantung” yaitu menaruh benda diluar motor. Sedangkan pada kalimat (2), pada kata “Dalam sadel” yaitu tempat atau ruangan yang Yang terdapat dalam motor yang berfungsi untuk penyimpanan benda.
Makna non referensial adalah makna sebuah kata yang tidak mempuyai referen (acuan).
Contoh:
. Tadi pagi saya menyimpan buku disini dilantai ini.
Ri sumpadeng anrinni ku boli bokboka ri tampa anne.
2). Di sini, Saya melihatnya berkelahi.
Anrinni, Kucini assibakji.
(Pada kata “di sini” termasuk kedalam kata bermakna non referensial. Kata tersebut secara khusus mengarah ke suatu tempat, akan tetapi artinya akan berbeda jika terletak pada kalimat yang berbeda pula).
Makna denotatif adalah makna sebenarnya, makna asli, makna asal.
Contoh:
. Tadi pagi saya makan hati ayam.
Ribakribasaka angnganrea ate jangang.
Ibu membeli tomat merah di pasar.
Ammakku ammali tomak eja ri pasaraka.
Makna konotatif adalah bukan makna  sebenarnya. Dengan kata lain, merupakan makna kias atau makna tambahan.
Contoh:
Ilham sering bermuka dua saat berbicara langsung dengan orang lain.
Ilham nangai napakruang rupanna punna akbicara mange ri tau maraenga.
(Bermuka dua: artinya Munafik)
Rahman bagaikan mencuci tangan.
Rahman Kamma tongi tau bissa lima .
(Cuci tangan : artinya seseorang tidak mau peduli dan bertanggung jawab atas suatu permasalahan).
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya atau berhubungan erat dengan konsep-konsep yang ada.
Contoh:
Telepon genggam adalah alat untuk berkomunikasi.
> Talipong iamintu pakakasa komunikasi.
(Kalimat di atas pada kata”Telepon” sesuai dengan konsepnya).
Sekolah adalah tempat menimba ilmu.
Sikola iamintu tampa annuntu pappilajarang.
(Kalimat di atas pada kata”Sekolah” sesuai dengan konsepnya).
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan luar bahasa.
Contoh:
Pak dito gulung tikar karena usahanya gagal.
Pak dito anggulung tapperek nasabak usahana gagalak.
(Gulung tikar : artinya orang yang Bangkrut)
Pelajaran yang diberikan Nurul hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Pappilajarang nisareangi i Nurul napantamai ri toli kananna napasuluki ri toli kirinna.
(Masuk telinga kanan keluar telinga kiri : artinya didengarkan dengan tidak sungguh-sungguh).
Makna kata merupakan satuan terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri. Kata dapat memiliki makna yang berbeda jika konteksnya berubah.
Contoh:
Telinga Riska luka karena ditarik oleh Adiknya.
Tolinna i Riska akbokkaki kanibesoki ri Andikna.
Kuping Mira luka karena ditarik oleh Adiknya.
Tolinna i Mira akbokkaki kanibesoki ri Andikna.
(Kata telinga dan kuping pada kedua kalimat di atas bermakna sama).
Makna istilah adalah makna yang tetap atau khusus dalam bidang tertentu dan juga sebagai kata maupun gabungan kata yang menunjukkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat khas dalam bidang tertentu dan juga makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.
Contoh:
Adit mengumpulkan pupuk kandang untuk diberikan kepada Ayahnya.
Appaknassai paccammak i Adit poro assareangi manggena.
(Pupuk kandang : artinya pupuk organik berasal dari kotoran hewan).
Jihan selalu bahagia meskipun dia hidup mandiri.
Sa rannu-rannunaja i jihan manna poe tallasak kale-kalenna.
(Mandiri : artinya perilaku yang mampu dilakukan tanpa bantuan orang lain).
Makna idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya atau satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.

Contoh:
Kepintaran yang diraih Dira membuatnya lupa daratan.
Kacaraddekang anjo nagappayya i Dira akjari tampomi.
(Lupa daratan : artinya sombong)
Nisma tidak akan angkat tangan meskipun dia gagal.
Tena nappanaik lima i Nisma manna gagalaki.
(Angkat tangan : artinya menyerah)
Makna peribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.
Contoh:
Masalah yang terjadi itu pasti ada asap pada api.
Kapakrisang anjaria anjo nia ambu nia pepek.
(Ada asap ada api : artinya pasti ada penyebab dari suatu masalah yang timbul)
Sifa memiliki sifat cepat kaki ringan tangan.
Ammallaki Sifa sipak intak bangkeng ringang lima.
(Cepat kaki ringan tangan : artinya suka menolong sesame umat)
2). Jelaskan macam-macam relasi makna (sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti atau ketaksaan dan redunansi), dan berikan masing-masing 2 contoh kalimat dalam bahasa Makassar!
Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
Contoh:
Memiliki = Mempunyai
Alif memiliki dua baju putih.
Ammallaki i Alif rua baju kebok.
Salwa mempunyai keinginan untuk membeli mobil.
Nia pangngerokanna I Salwa poro ammalli oto.
Pintar = Pandai
Dini sangat pintar dalam pembelajaran Matematika.
Sanna caraddekna I Dini ilalang pappilajarang Matematika.
Risna sangat pandai dalam memberikan pendapat.
Sanna caraddekna i Risna ilalang assare panggappang.
Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Mahal > Murah
Emas harganya sangat mahal dibandingkan dengan perak yang harganya murah.
Sanna kakjalakna ballinna bulaenga nipasianggarak siagang perak anjo lammoroka ballinna.
Baru > Lama
Diki membeli buku baru untuk menggantikan bukunya yang sudah lama hilang.
Ammalli bobbok beru i Diki poro annyambei bobbokna anjo salloamo tappelak.
Polisemi adalah sebuah kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh:
Kepala Nina terbentur di tembok.
Takgantuki ulunna i Nina ri temboka.
Kepala sekolah memberikan pembelajaran kepada murid-muridnya.
Assarei pappilajarang Kapala Sikolaya mange ri anak gurunna.
(Kata “kepala” pada kalimat (1) bagian tubuh paling atas yang ditumbuhi rambut. Sedangkan kata “kepala” pada kalimat (2) bermakna pimpinan suatu sekolah).
Homonimi adalah dua buah kata atau susunan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.
Contoh:
Pada bulan Januari akan ada pesta pernikahan.
Ri bulang Januari na niak tempo pakbuntingang.
Malam ini bulan bersinar dengan terang.
Anne bangngia sanna singarakna bulanga.
(Pada kalimat di atas arti kata “bulan” ada dua yaitu bulan=dalam kalender dan bulan= nama satelit).

Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.
Contoh:
Warna yang paling disukai Santi adalah warna hijau, biru, hitam dan kuning.
Anjo warna sannaka nangaina I Santi iamintu warna moncongbulo, gauk, lekleng siagang kunyik.
Di rumahku banyak serangga seperti nyamuk, lalat dan semut.
Jai kusissilik ri ballakku sangkamma lamuk, katingngalo siagang kaluara.
Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda.
Contoh:
Teman Sara yang baik dan cantik itu sedang sakit di rumah sakit.
      (Kalimat di atas diperbaiki menjadi: Teman dari Sara yang baik dan cantik itu sedang sakit di rumah sakit).
Aganna i Sara anjo bajika siagang gakgaya garringi ri ballak garringa.
Diki membaca buku sejarah patung yang baru.
     (Kalimat di atas diperbaiki menjadi: Diki membaca buku sejarah tentang patung yang baru).
Ammacai bobbok sajara i Diki tentang patong anjo berua.
Redunansi adalah berlebih –lebihanya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.
Contoh:
Rido minum obat dengan tujuan agar cepat sembuh.
(Kalimat tersebut akan lebih efektif jika: Rido minum obat agar cepat sembuh).
Angnginungi pakballe i Rido sollanna na intak gassing.
Fitri mengenakan celana berwarna hijau.
(Kalimat tersebut akan lebih efektif jika: Fitri bercelana hijau).
Assaluarak moncongbuloi i Fitri.



3). Buatkan contoh perubahan makna (perkembangan dalam ilmu teknologi, sosial budaya, pemakaian kata, pertukaran tanggapan indra dan adanya asosiasi)!
Perkembangan dalam bidang ilmu teknologi
Contoh:
Kata “jurusan” yang awalnya bermakna tujuan atau arah. Namun telah terjadi perkembangan makna, kata “jurusan” memiliki makna yaitu bagian dari pengkajian ilmu di suatu sekolah maupun di perguruan tinggi.
Kata “motor” yang semula bermakna alat penggerak yang ada di semua jenis mesin. Namun telah terjadi perkembangan makna, kata “motor” mempunyai makna yang khusus, yaitu kendaraan yang beroda dua yang mempunyai alat penggerak di dalamnya.
Perkembangan sosial budaya
Contoh:
Kata “kitab” yang memiliki makna umum yaitu buku. Namun setelah dispesialisasi, makna kata “kitab” berubah menjadi wahyu Tuhan yang dibukukan.
Perkembangan pemakain kata
Contoh:
Kata “bunga” yang memiliki makna umum yaitu bagian tumbuhan yang aromanya harum. Adapun makna spesialisasi kata “bunga” tersebut adalah pendapatan atas setiap investasi. Dan jika ditambahkan dengan kata tertentu, maka kata “bunga” mempunyai makna khusus seperti: bunga hati yang bermakna kekasih dan bunga desa yang bermakna gadis desa yang cantik.
Pertukaran tanggapan indra
Contoh:
Alat indra kita yang lima mempunyai fungsi masing-masing untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. Namun, dalam perkembangan pemakaian bahasa banyak terjadi pertukaran pemakaian alat indra untuk menangkap gejala yang terjadi di sekitar manusia itu. Contohnya rasanya pahit yang seharusnya ditanggap oleh indra perasa lidah menjadi ditanggap oleh alat penglihatan mata, seperti dalam ujaran tomat itu kelihatannya mentah sehingga rasanya pahit.

Adanya asosiasi
Contoh:
Pak Andi gulung tikar karena pegawainya melakukan korupsi.
Akkakrangi tapperek Pak Andi ka anjo pagawena appanggaukang korupsi.
(Maksud dari “gulung tikar” bukanlah kegiatan menggulung tikar, tetapi merupakan makna kiasan dari keadaan bangkrut. Sehingga arti sebenarnya dari kalimat tersebut adalah “Pak Andi bangkrut karena pegawainya melakukan korupsi”).
Calon Bupati memperebutkan kursi untuk menang.
Parekang Bupatia amparebbokkangi pammoneang poro ammeta.
(Maksud dari “memperebutkan kursi” bukanlah suatu kegiatan yang benar-benar memperebutkan kursi dengan sebenarnya, melainkan suatu kiasan yang menggambarkan aktivitas memperebutkan jabatan. Sehingga arti sebenarnya dari kalimat Kontributor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALAT UCAP PADA MANUSIA.

Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus beserta contohnya dalam bahasa Makassar

tugas ke 4 (Klasifikasi Bunyi)