Jenis-Jenis Makna
Nama : Nur Elsha Arsyad
Nim : 1955041006
Kelas : B (PBSD)
3. Polisemi
Nim : 1955041006
Kelas : B (PBSD)
A.
Jenis-jenis
makna
1. Makna leksikal
Makna Leksikal merupakan makna yang sesuai
dengan hasil observasi indra yang dimiliki manusia, sehingga makna yang
tercipta merupakan makna yang sebenarnya, apa adanya, dan terdapat dalam kamus
(makna dalam kamus sering disebut dengan makna dasar atau makna konkret).
Contohnya:
a. Kucing yang
di pelihara oleh Syarifa sangat indah dan mempunyai banyak anak.
(Anjo
cammika na parakaia i Syarifa sannak gammarakna na loe pole
anakna.)
b. Buku
yang aku pakai sudah penuh karena aku selalu menulis setiap
hari.
(anjo bokbok
kupakea rassimi ka tulu ku panngukiri allo-allona)
2. Makna
gramatikal
makna gramatikal merupakan makna yang muncul
akibat dari adanya proses gramatikal/proses tata bahasa. Proses gramatikal
antara lain: proses kompisisi, proses reduplikasi, proses afiksasi, serta
proses komposisi atau kalimatisasi.
Contohnya
a. Andi
sedang bermain di belakang rumah bersama teman-temanya.
(akkare-karenai Andi ri bokona ballaka
siagang uranna.)
b. Ibu
sedang memasak di dapur.
(appallui ammakku ri
dapuruka.)
3. Makna gramatikal
Makna
kontekstual merupakan makna dari sebuah kata atau leksem yang muncul
berdasarkan suatu konteks tertentu.
Contohnya:
a. Aku
tidak tahu mengapa kepalaku menjadi sakit.
(tena kuassengi anngura ulungku tulu
pakrisik.)
b. Aku
selalu memikirkan nenekku di kampung.
(tulu ku nawa-nawa tau toaku
ri kamponga.)
4. Makna
referensial
Makna referensial memiliki arti, yakni maka yang
memiliki referensi atau acuannya dalam dunia nyata.
Contohnya:
a. “Tadi
saya beremu dengan Ali”, kata Lia pada Ana.
(“assibuntulanga siagang iani sumpaeng”, nakna Lia
mange ri Ana)
Kata “saya” mengacu pada Ali.
b. Kata
Ihla dan teman-temanya, “Kami ingin menemuai ana di rumahnya”.
(nakunggi Ihla siagang uran-uranna,”kitte eroki
ammangei iana ri ballakna”.
Makna kata ‘kita’ mengacu pada Ihla dan
teman-temannya.
5. Makna
non-referensial
Makna non-referensial merupakan lawan dari makna
referensial. Makna non-referensial merupakan makna pada kata yang tidak
memiliki acuan di dunia nyata.
Contohnya:
a. Saya dan adikku
tidak mirip.
(nakke siagang andikku tena
kussingtanjak)
6. Makna denotatif
Makna denotatif seperti yang telah kita ketahui
merupakan makna asli, makna asal, atau pun makna sebenarnya yang diimiliki
sebuah kata dan tidak memiliki makna tersembunyi lain di dalamnya. Hampir sama
dengan makna leksial, makna denotatif mengacu pada makna yang ada pada kamus
atau literatur bahasa lain.
Contohnya:
a. Buanglah sampah pada
tempatnya.
(pelaki loroa
ri tampakna.)
b. Laksanakanlah shalat 5 waktu.
(paentengi sambayang
5 wattunu)
7. Makna konotatif
Makna konotatif merupakan kebalikan dari makna
denotative. Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada sebuah
kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok yang
menggunakan kata tersebut.
Contohnya:
a. Risa menyapu
bersih semua lomba.
(Risa naalle kabusuki anjo lombaya)
Kata ‘menyapu bersih’ artinya memenangkan.
b. Nina
adalah anak yang keras kepala.
(Nina iamiantu anak tea akpilanngeri)
Kata ‘keras kepala’ artinya susah di nasehati.
8. Makna
konseptual
Makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh
sebuah kata yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain
makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri
sendiri.
Contohnya:
a. Alri
sendang membajak sawah.
(anjamai galung ialri)
Kata ‘sawah’ memiliki makna ladang atau tempat
untuk bercocok tanam padi
b. Abi sedang menyankul
di kebun kakek.
(akbingkungi abi ri kokona nenekku)
Kata ‘kebun’ memiliki makna tempat untk menanam
jangung, sayur-sayurang, dll.
9. Makna
asosiatif
Makna asosiatif merupakan makna kata yang muncul
karena adanya hubungan kata tersebut dengan hal lain di luar bahasa.
Contohnya:
a. Semua
orang turun tangan untuk membangun jembatan.
(iya kabusu tauwa naung limai mange
akbaung jambatang)
b. Rara
memiliki suara emas yang indah.
(sakra bulaenna rara sannak gammarakna)
10. Makna kata
Makna kata merupakan makna yang bersifat umum,
gambaran kasar, dan tidak jelas. Makna ini menjelaskan beberapa kata sebagai
kata yang bermakna lazim atau sama.
Contohnya:
a. Kakinya keseleo
karena jatuh.
(essoi bangkenna ka ammakbungi)
b. Dadanya sesak
sebab di selalu lari.
(nasawalaki akmaika ka tulu laria)
11. Makna
istilah
Makna istilah merupakan kebalikan dari makna kata.
Makna istilah bersifat jelas, tidak meragukan, serta hanya digunakan pada suatu
bidang keilmuan ataupun kegiatan tertentu saja.
Contohnya:
a. Lengan
dan tangan pada ilmu kedokteran keduanya adalah
bagian tubuh uang tidak berbeda.
(paling-paling siagang lima ri
panggissenan dottoroka rua-ruana iamiantu batang kale tena passi salanna)
b. Kaki
dan betis adalah salah satu orang tubuh manusia.
(banking siagang bitisi iamiantu sala sekrenna ia
niaka ri batang kale taua)
12. Makna
idion
Makna idiom atau makna idiomatic yaitu makna kata yang
terdapat pada kelompok kata tertentu, di mana makna yang terbentuk berbeda
dengan makna asli dari kata tersebut. Asal usul kemunculan makna kata tersebut
atau frasa tersebut tidak diketahui. Pengertian makna idiom hampir mirip dengan
makna konotasi.
Contohnya:
a. Risma
adalah anak yang ringan tangan (ringan tangan adalah memukul)
(Risma iamiantu ana ringang lima)
b. Ilham
di juluki sebagai tiang listrik berjalan (tiang listrik adalah orang yang
sangat tinggi)
(Ilham biasai bi panngunggi tiang lampu akdakka)
13. Makna
pribahasa
Makna peribahasa memiliki pengertian yang mirip dengan
makna idiom, yakni makna yang timbul karena pembentukan frasa atau kumpulan
kata tertentu. Bedanya dengan makna idiom, makna peribahasa memiliki asal
usul yang masih dapat ditelusuri.
Contohnya:
a. Ika
dan ina seperti burung yang merindukan sangkarnya. (merindukan sangkarnya
adalah saling merindukan satu sama lain)
(ika siagang ina sikammai jangang-jangang nakku ka
mange ri jakbakna)
b. Kau
dan dia bagaikan langit dan bumi. ( langit dan bumi adalah beda jauh dari sisi
ekonomi, sosial, derajat, dll)
(Ikau siagang ia singkamma langik na linoa)
B. Relasi makna
1.Sinonimi
Sinonim yaitu persamaan kata, maksudnya kata yang mempunyai makna
sama atau hampir sama dengan kata lain.
Contohnya:
a. Cantik – indah (
gakga- gammarak)
Dia
wanita yang cantik ( ia baine sannak gakgana)
b. Mati—meninggal (mate- moterang)
Aku
melihat burung mati ( akcinika jangan-jangan mate)
2. Antonimi dan oposisi
Antonimi yaitu lawan kata, maksudnya maknanya kebalikan dari makna
ungkapan lain.
Contohnya:
a. Hitam – putih (
lekleng-kebok)
Alri
memakai baju baru warna putih( akbaju beru alri warna kebok)
b. Panjang- pendek (
lakbu-bodo)
Rambunya
sangat pendek ( bodona anjo uk na)
3. Polisemi
Polisemi
yaitu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contohnya:
a. Saya memeiliki
hubungan darah dengan Restu ( darah= saudarah)
(Inakke
niak passisambungan cerakku siagang Restu)
b. Rahmat berlumurang
dengan darah ( darah = kecelakaan)
(sangnging
cerak mami ri kalenna Rahmat)
4. Homonimi
Homonimi yaitu suatu kata yang memiliki makna
berbeda, tetapi memiliki ejaan atau lafal yang sama.
Contohnya:
a. Keadaan
sekarang sangat genting ( genting= kacau/darurat)
(kamma-kamma anne sannak ricuna)
b. Kalajengking
itu memiliki bisa (bisa=racun)
(anjo kalajengkinga niak racunna)
5.
Hiponimi
Hiponimi merupakan bagian dari makna suatu
ungkapan lain.
Contohnya:
a. Bunga itu
sangat indah
(sannak gammarakna anjo bunga-bungaia)
b. Pohon
asam yang memiliki banyak buah
(anjo poko cambaya sannak loena buana)
6.
Ambiguiti
Ambiguiti yaitu gejala dapat terjadinya kegandaan
makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda.
Contohnya:
a. Yang gemuk adalah
pejabat (gemuk=korupsi)
(pajabaka cokmoki)
b. Dia
sudah putus asa ( putus asa=menyerah)
(teami antu ausaha)
7.
Redundasi
Redudansi yaitu berlebih- lebihan pemakaian
unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.
Contohnya:
a. Riska sedang menulis
di bukunya.
( angngukiriki i riska ri bokbokna)
b. Bapakku
dan kakekku sedang menyangkul di kebun
(Annyangkuluki manggeku siagang tautoaku ri kokoa)
C. Perubahan makna
Secara
singkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah. Tetapi secara
diakronis ada kemungkinan dapat berubah, maksudnya dalam makna yang relative
sigkat makna sebuah kata akan tetap sama tidak berubah. Tetapi dalam waktu yang
relative lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan dapat berubah.
Adapun
faktornya yaitu :
-Perkembangan
IPTEK
-Perkembangan
Sosial dan Budaya
-Perbedaan
Bidang Pemakaian
-Adanya
Proses Asosiasi
-Adanya
Pertukaran Tanggapan Indra
Contohnya:
a. Saudara(sianak) dulu
yang di maksud dengan saudara adalah saudara kandung sekarang semua orang bias
di katakana saudara.
b. Bapak dulu di ucapkan
hanya untuk orang tua saja sekarang kata bapak di peruntuhkan kepada siapa saja
yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kita.
Komentar
Posting Komentar