Tugas Pengantar Linguistik (Alat-alat ucap)
Nama : Husnul Khatimah
Nim: 1955042019
Kelas: PBSD B (belajar di Bugis)
Ilmu fonetik mempunyai tiga cabang utama yaitu:
(1). Fonetik organis atau artikulatoris ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan suatu bunyi bahasa. Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
(2). Fonetik akustik ialah fonetik yang mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisik. Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia.
(3). Fonetik auditoris ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah proses resepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
PENGENALAN ALAT UCAP
Pengertian Alat Ucap
Menurut Chaer (2009:48), "alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi". Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi V), menyebutkan bahwa alat ucap adalah "organ tubuh manusia yang berfungsi dalam pengujaran bunyi bahasa, seperti paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum". Dari uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa yang dimaksud dengan alat ucap ialah seperangkat organ manusia yang memiliki keterlibatan dalam proses terjadinya bunyi.
Berikut ini nama-nama alat-alat ucap atau alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa sebagai berikut:
1. Paru-paru (lung)
2. Batang tenggorok (trachea)
3. Pangkal tenggorok (laring)
4. Pita suara (vocal card)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (thyroid)
7. Aritenoid (arhythenoid)
8. Dinding rongga kerokongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis
10. Akar lidah (root of the lounge)
11. Pangkal lidah (back of the lounge, dorsum)
12. Tengah lidah (middle of the tounge, medium)
13. Daun lidah (blade of the tounge, medium)
14. Ujung lidah (tip of the tounge, apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit lunak (soft palate, velum)
17. Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18. Gusi, ceruk gigi (alveolum)
19. Gigi atas (upper teeth, dentum)
20. Gigi bawah (lower teeth, dentum)
21. Bibir atas (upper lip, labium)
22. Bibir bawah (lower lip, labium)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (oral cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)
Adapun cara kerja beberapa alat-alat ucap atau alat-alat bicara tersebut, yaitu:
1. Paru-paru
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa. Bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Kalau arus datang dari paru-paru disebut arus udara egresif dan kalau arus udara datang dari luar disebut arus udara ingresif.
2. Pangkal Tenggorok (laring), pita suara, glottis dan epiglottis
Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang diujungnya ada sepasang pita suara. Pita suara ini dapat terbuka lebar, terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat sesuai dengan arus idara yang di hembuskan keluar. Celah di antara pita suara itu disebut glottis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu. Bila glotis berada dalam keadaan terbuka lebar, tidak ada bunyi bahasa yang di hasilkan selain desah nafas. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara. Bila glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hambat glotal.
3. Rongga Kerongkongan
Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.
4. Langit-langit lunak(velum), anak tekak(uvula), dan pangkal lidah (dorsum)
Langit-langit lunak dan bagian ujungnya yang disebut uvula dapat turun naik untuk mengatur arus udara keluar masuk melalui rongga hidung dan rongga mulut. Uvula akan merapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut, dan akan menjauh dari dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga hidung. Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai articulator pasif dan dorsum sebagai artikulator disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan bunyi yang dihasilkan uvula disebut bunyi uvular.
5. Langit-langit keras (palatum), ujung lidah (apeks), dan daun lidah (laminum)
Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras berlaku sebagai artikulator pasif (artikulator yang diam, tidak bergerak) dan yang menjadi artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) atau daun lidah (laminum). Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilkan oleh palatum dan laminum disebut bunyi laminopalatal
6. Ceruk gigi (alveolum), apeks, dan daun lidah (laminum)
Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif; dan apeks atau laminum sebagai artikulator aktifnya. Bunyi yang dihasilkan oleh alveolumdan apeks disebut bunyi apikoalveolar.
7. Gigi (dentum), ujung lidah (apeks), dan bibir (labium)
Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif; yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks atau bibir bawah. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental; dan yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Dalam hal ini ada juga bunyi interdentaldimana apeks sebagai artikulator aktif berada di antara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi artikulator pasifnya.
8. Bibir bawah dan bibir atas
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial, seperti bunyi [p] dan [b]. Bibir bawah bisa juga menjadi artikulator aktif, dengan gigi atas sebagai artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental dari kata labium dan dentum.
9. Lidah (tongue)
Lidah terbagi menjadi empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks); daun lidah (laminum); pangkal lidah (dorsum); dan akar lidah (root). Lidah dengan bagian-bagiannya dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi artikulator aktif, yakni artikulator yang bergerak. Sedangkan artikulator pasifnya adalah alat-alat ucap yang terdapat pada rahang atas. Posisi lidah ke depan, ke tengah, ke belakang, ke atas atau ke bawah menentukan jenis vocal yang dihasilkan.
10. Mulut dan rongga mulut
Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan
dalam pembentukan bunyi vokal. Kalau bentuk mulut membundar maka akan dihasilkan bunyi vokal bundar atau bulat; kalau bentuk mulut tidak membundar maka akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar. Secara umum semua bunyi yang dihasilkan di rongga mulut dissebut bunyi oral.
11. Rongga hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi nasal ini dihasilkan dengan cara menutup rapat-rapat arus udara di rongga mulut, dan menyalurkannya keluar melalui rongga hidung. Bunyi nasal yang ada di Indonesia adalah bunyi nasal bilabial [m]; bunyi nasal apikoalveolar [ɳ]; bunyi nasal laminopalatal [ñ]; dan bunyi nasal dorsovelar [ŋ].
KLASIFIKASI BUNYI
Vokal, konsonan, dan Semi-Vokal
1. Vokal
Bunyi vokal adalah bunyi yang arus udaranya tidak mengalami rintangan. Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja. Hambatan pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi.
Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1). Tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah);
2). Bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang); dan
3). Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang.
2. Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, sehingga terbentuk bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka akan menghasilkan konsonan tak bersuara.
Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1). Keadaan pita suara (merapat atau merenggang – bersuara atau tak bersuara);
2). Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit);
3). Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan.
3. Semivokal
Bunyi semivokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Bunyi semivokal dapat disebut semi konsonan, namun istilah ini jarang dipakai.
Bunyi Nasal dan Oral
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal (sengau) dan oral berdasarkan jalan keluarnya arus udara. Bunyi nasal dihasilkan dengan menutup arus udara keluar melalui rongga mulut, tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.
Penutupan arus udara keluar melalui rongga mulut dapat terjadi :
(1). Antara kedua bibir, hasilnya bunyi [m];
(2). Antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi [n];
(3). Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi [h]; dan
(4). Antara ujung lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi [ň].
Bunyi oral dihasilkan dengan jalan mengangkut ujung anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung sehingga arus udara dari paru-paru keluar melalui mulut. Selain bunyi nasal, semua bunyi vokal dan konsonan bahasa Indonesia termasuk bunyi oral.
Bunyi Keras dan Lunak
Kategorisasi bunyi keras (fortis) dan bunyi lunak (lenis) dibedakan berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara pada waktu bunyi itu diartikulasikan (Malmberg, 1963:51-52). Bunyi bahasa disebut keras apabila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Sebaliknya, apabila pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara, bunyi itu disebut lunak.
Bunyi keras mencakupi beberapa jenis bunyi seperti :
1). Bunyi letup tak bersuara: [p, t, c, k],
2). Bunyi geseran tak bersuara: [s],
3). Bunyi vokal: [ı]
Bunyi lunak mencakupi beberapa jenis seperti:
1). Bunyi letup bersuara: [b, d, j, g],
2). Bunyi geseran bersuara: [Z],
3). Bunyi nasal: [m, n, ñ,h],
4). Bunyi likuida: [r, l],
5). Bunyi semi-vokal: [w, y],
6). Bunyi vokal: [i, e, o, u].
Nim: 1955042019
Kelas: PBSD B (belajar di Bugis)
Ilmu fonetik mempunyai tiga cabang utama yaitu:
(1). Fonetik organis atau artikulatoris ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan suatu bunyi bahasa. Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
(2). Fonetik akustik ialah fonetik yang mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisik. Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia.
(3). Fonetik auditoris ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah proses resepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
PENGENALAN ALAT UCAP
Pengertian Alat Ucap
Menurut Chaer (2009:48), "alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi". Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi V), menyebutkan bahwa alat ucap adalah "organ tubuh manusia yang berfungsi dalam pengujaran bunyi bahasa, seperti paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum". Dari uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa yang dimaksud dengan alat ucap ialah seperangkat organ manusia yang memiliki keterlibatan dalam proses terjadinya bunyi.
Berikut ini nama-nama alat-alat ucap atau alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa sebagai berikut:
1. Paru-paru (lung)
2. Batang tenggorok (trachea)
3. Pangkal tenggorok (laring)
4. Pita suara (vocal card)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (thyroid)
7. Aritenoid (arhythenoid)
8. Dinding rongga kerokongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis
10. Akar lidah (root of the lounge)
11. Pangkal lidah (back of the lounge, dorsum)
12. Tengah lidah (middle of the tounge, medium)
13. Daun lidah (blade of the tounge, medium)
14. Ujung lidah (tip of the tounge, apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit lunak (soft palate, velum)
17. Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18. Gusi, ceruk gigi (alveolum)
19. Gigi atas (upper teeth, dentum)
20. Gigi bawah (lower teeth, dentum)
21. Bibir atas (upper lip, labium)
22. Bibir bawah (lower lip, labium)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (oral cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)
Adapun cara kerja beberapa alat-alat ucap atau alat-alat bicara tersebut, yaitu:
1. Paru-paru
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa. Bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Kalau arus datang dari paru-paru disebut arus udara egresif dan kalau arus udara datang dari luar disebut arus udara ingresif.
2. Pangkal Tenggorok (laring), pita suara, glottis dan epiglottis
Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang diujungnya ada sepasang pita suara. Pita suara ini dapat terbuka lebar, terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat sesuai dengan arus idara yang di hembuskan keluar. Celah di antara pita suara itu disebut glottis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu. Bila glotis berada dalam keadaan terbuka lebar, tidak ada bunyi bahasa yang di hasilkan selain desah nafas. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara. Bila glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hambat glotal.
3. Rongga Kerongkongan
Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.
4. Langit-langit lunak(velum), anak tekak(uvula), dan pangkal lidah (dorsum)
Langit-langit lunak dan bagian ujungnya yang disebut uvula dapat turun naik untuk mengatur arus udara keluar masuk melalui rongga hidung dan rongga mulut. Uvula akan merapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut, dan akan menjauh dari dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga hidung. Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai articulator pasif dan dorsum sebagai artikulator disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan bunyi yang dihasilkan uvula disebut bunyi uvular.
5. Langit-langit keras (palatum), ujung lidah (apeks), dan daun lidah (laminum)
Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras berlaku sebagai artikulator pasif (artikulator yang diam, tidak bergerak) dan yang menjadi artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) atau daun lidah (laminum). Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilkan oleh palatum dan laminum disebut bunyi laminopalatal
6. Ceruk gigi (alveolum), apeks, dan daun lidah (laminum)
Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif; dan apeks atau laminum sebagai artikulator aktifnya. Bunyi yang dihasilkan oleh alveolumdan apeks disebut bunyi apikoalveolar.
7. Gigi (dentum), ujung lidah (apeks), dan bibir (labium)
Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif; yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks atau bibir bawah. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental; dan yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Dalam hal ini ada juga bunyi interdentaldimana apeks sebagai artikulator aktif berada di antara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi artikulator pasifnya.
8. Bibir bawah dan bibir atas
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial, seperti bunyi [p] dan [b]. Bibir bawah bisa juga menjadi artikulator aktif, dengan gigi atas sebagai artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental dari kata labium dan dentum.
9. Lidah (tongue)
Lidah terbagi menjadi empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks); daun lidah (laminum); pangkal lidah (dorsum); dan akar lidah (root). Lidah dengan bagian-bagiannya dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi artikulator aktif, yakni artikulator yang bergerak. Sedangkan artikulator pasifnya adalah alat-alat ucap yang terdapat pada rahang atas. Posisi lidah ke depan, ke tengah, ke belakang, ke atas atau ke bawah menentukan jenis vocal yang dihasilkan.
10. Mulut dan rongga mulut
Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan
dalam pembentukan bunyi vokal. Kalau bentuk mulut membundar maka akan dihasilkan bunyi vokal bundar atau bulat; kalau bentuk mulut tidak membundar maka akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar. Secara umum semua bunyi yang dihasilkan di rongga mulut dissebut bunyi oral.
11. Rongga hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi nasal ini dihasilkan dengan cara menutup rapat-rapat arus udara di rongga mulut, dan menyalurkannya keluar melalui rongga hidung. Bunyi nasal yang ada di Indonesia adalah bunyi nasal bilabial [m]; bunyi nasal apikoalveolar [ɳ]; bunyi nasal laminopalatal [ñ]; dan bunyi nasal dorsovelar [ŋ].
KLASIFIKASI BUNYI
Vokal, konsonan, dan Semi-Vokal
1. Vokal
Bunyi vokal adalah bunyi yang arus udaranya tidak mengalami rintangan. Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja. Hambatan pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi.
Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1). Tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah);
2). Bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang); dan
3). Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang.
2. Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, sehingga terbentuk bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka akan menghasilkan konsonan tak bersuara.
Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1). Keadaan pita suara (merapat atau merenggang – bersuara atau tak bersuara);
2). Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit);
3). Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan.
3. Semivokal
Bunyi semivokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Bunyi semivokal dapat disebut semi konsonan, namun istilah ini jarang dipakai.
Bunyi Nasal dan Oral
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal (sengau) dan oral berdasarkan jalan keluarnya arus udara. Bunyi nasal dihasilkan dengan menutup arus udara keluar melalui rongga mulut, tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.
Penutupan arus udara keluar melalui rongga mulut dapat terjadi :
(1). Antara kedua bibir, hasilnya bunyi [m];
(2). Antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi [n];
(3). Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi [h]; dan
(4). Antara ujung lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi [ň].
Bunyi oral dihasilkan dengan jalan mengangkut ujung anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung sehingga arus udara dari paru-paru keluar melalui mulut. Selain bunyi nasal, semua bunyi vokal dan konsonan bahasa Indonesia termasuk bunyi oral.
Bunyi Keras dan Lunak
Kategorisasi bunyi keras (fortis) dan bunyi lunak (lenis) dibedakan berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara pada waktu bunyi itu diartikulasikan (Malmberg, 1963:51-52). Bunyi bahasa disebut keras apabila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Sebaliknya, apabila pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara, bunyi itu disebut lunak.
Bunyi keras mencakupi beberapa jenis bunyi seperti :
1). Bunyi letup tak bersuara: [p, t, c, k],
2). Bunyi geseran tak bersuara: [s],
3). Bunyi vokal: [ı]
Bunyi lunak mencakupi beberapa jenis seperti:
1). Bunyi letup bersuara: [b, d, j, g],
2). Bunyi geseran bersuara: [Z],
3). Bunyi nasal: [m, n, ñ,h],
4). Bunyi likuida: [r, l],
5). Bunyi semi-vokal: [w, y],
6). Bunyi vokal: [i, e, o, u].
Komentar
Posting Komentar